Mengenal Hasjim Djalal, Diplomat Senior Indonesia Yang Menorehkan Sejarah
Mengenal Hasjim Djalal, Diplomat Senior Indonesia yang Menorehkan Sejarah
Sekilas Profil Hasjim Djalal
Hasjim Djalal merupakan diplomat senior Indonesia yang telah mengabdi selama lebih dari 50 tahun. Lahir di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1934, Hasjim adalah lulusan Universitas Indonesia dan memperoleh gelar doktor di bidang Hubungan Internasional dari Universitas Notre Dame, Amerika Serikat.
Hasjim memulai karir diplomatiknya pada tahun 1961 sebagai atase di Kedutaan Besar Indonesia di Moskow. Selama bertahun-tahun, ia memegang berbagai posisi penting di Kementerian Luar Negeri, termasuk Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet (1978-1983), Jepang (1987-1992), dan Inggris (1992-1997). Selain itu, Hasjim juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri (1997-1998).
Prestasi dan Kontribusi Diplomatik
Peran dalam Konflik Kamboja
Salah satu kontribusi penting Hasjim Djalal adalah perannya dalam penyelesaian konflik Kamboja. Sebagai perwakilan Indonesia untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Hasjim terlibat aktif dalam upaya perdamaian dan rekonsiliasi di negara tersebut. Pada tahun 1989, ia ditunjuk sebagai Koordinator Kelompok Kerja ASEAN untuk Kamboja.
Penggagas Pola Pengembangan Kerja Sama Regional
Hasjim Djalal juga dikenal sebagai penggagas pola pengembangan kerja sama regional yang dikenal sebagai "pola ASEAN". Pola ini menekankan pada musyawarah, mufakat, dan tidak saling menekan dalam mengatasi isu-isu regional. Konsep ini menjadi dasar bagi pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015.
Mempromosikan Kepentingan Indonesia di Luar Negeri
Selama bertugas sebagai duta besar, Hasjim secara aktif mempromosikan kepentingan Indonesia di luar negeri. Ia memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara tuan rumah, meningkatkan kerja sama ekonomi, dan memperkenalkan budaya dan tradisi Indonesia kepada masyarakat internasional.
Kritik dan Kontroversi
Hubungan dengan Pemerintah Orde Baru
Hasjim Djalal pernah dikritik karena kedekatannya dengan pemerintahan Orde Baru. Beberapa pihak menilai bahwa ia terlalu kompromistis dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada masa itu. Namun, Hasjim membela diri dengan menyatakan bahwa ia selalu berupaya menegakkan prinsip diplomatik dan kepentingan nasional.
Sikap terhadap Israel
Hasjim Djalal juga menjadi perdebatan terkait dengan sikapnya terhadap Israel. Sebagai seorang Muslim yang taat, Hasjim secara terbuka mengkritik kebijakan Israel terhadap Palestina. Hal ini membuatnya mendapat tentangan dari beberapa kelompok pro-Israel di Indonesia.
Warisan dan Pengaruh
Hasjim Djalal telah meninggalkan warisan yang signifikan dalam diplomasi Indonesia. Ia dikenal sebagai diplomat yang terampil, visioner, dan berintegritas. Konsep "pola ASEAN" yang digagasnya terus menjadi pedoman bagi kerja sama regional di Asia Tenggara.
Hasjim Djalal juga aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah dan akademis. Ia mendirikan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia dan menjabat sebagai Presiden pertama organisasi tersebut.
Kesimpulan
Hasjim Djalal adalah seorang diplomat senior Indonesia yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi negaranya dan masyarakat internasional. Prestasi dan dedikasinya telah menorehkan sejarah dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus diplomat Indonesia.
Meski tidak lepas dari kritik dan kontroversi, Hasjim Djalal tetap dikenang sebagai diplomat yang profesional, berpengaruh, dan berintegritas. Warisannya akan terus menginspirasi upaya diplomatik Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan nasional dan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas global.
Referensi
